Rabu, 02 Juni 2010

Konsultasi

Mario (6 tahun) putra saya memiliki sahabat di sekolahnya yang baru saja meninggal dunia karena kecelakaan. Mario benar-benar syok saat mengetahui sahabatnya itu meninggal. Bagaimana saya harus menghiburnya karena ia mulai nggak semangat belajar, makanya sedikit, dan sering bengong. Apa yang harus saya lakukan? Saya sungguh sedih melihat kondisi anak saya yang seperti ini.

Dalam semua tahap usia, teman-teman terbagi dalam tiga kelompok yang memiliki pembagian dan perannya masing-masing dalam sosialisasi anak yaitu :

1.      Rekan adalah orang yang memuaskan kebutuhan akan teman dengan berada dalam lingkungan yang sama dengan anak kita. Tidak ada interaksi antara anak kita dan rekan. Rekan bisa saja laki-laki atau perempuan dan dari segala umur. Orang dewasa, misalnya senag melihat dan mendengarkan anak, begitu juga sebaliknya.

2.      Teman bermain, adalah dengan siapa anak kita terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan. Usia dan jenis kelamin secara keseluruhan tidak sepenting seperti minat dan keterampilan yang sama dengan yang dimiliki individu. Biasanya anak lebih menyukai teman bermain yang sejenis, misalnya anak perempuan lebih menyukai bermain dengan anak perempuan.

3.      Teman baik atau sahabat adalah bukan hanya teman bermain yang cocok tetapi juga seseorang pada siapa anak kita dapat berkomunikasi dengan bertukar pendapat dan saling dapat dipercaya, dan dengan meminta atau memberi nasihat. Sepanjang masa kanak-kanak dan masa remaja, teman yang paling cocok dan paling memuaskan adalah teman sejenis dan yang mempunyai tingkat perkembangan yang sama.

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa peran sahabat bagi anak kita adalah tempat di mana ia merasa nyaman untuk berkomunikasi, bertukar pendapat dan saling dapat dipercaya. Adanya kedekatan inilah yang mengembangkan perasaan nyaman, dipercaya dan menumbuhkan semangat pada anak dalam melewati kegiatan-kegiatan keseharian. Perasaan anak ini akan semakin lekat jika sahabat adalah satu-satunya sumber yang dapat menumbuhkan perasaan namyan baginya. Misalnya hubungan orangtua dan anak tidak harmonis, orangtua sibuk untuk saling bercerita, orangtua tidak sempat memperhatikan minat anak, dst. Anak pun menghayati bahwa sahabat adalah satu-satunya yang memahami dirinya. Sahabat pun menjadi bagian yang penting bagi dirinya. Saat sahabat meninggal, hal yang mudah bagi anak untuk menerimanya. Secara khas, anak akan menunjukkan kesedihannya dengan menangis atau kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makna dan bermain. Pada situasi yang demikian, peran kita sebagai orangtua adalah mendampingi anak kita dengan berusaha memahami perasaan anak.

Pancinglah anak untuk mau berbagi perasaannya terhadap kita. Mulailah dengan menggunakan kalimat terbuka, jika perlu kita dapat mengungkapkan secara jujur tentang ketidakpahaman hubungan di antara anak kita dan sahabatnya. Misalnya, ”maaf Mama tidak sempat mengenal lebih jauh sahabatmu (sebutkan namanya). Mau tidak kamu menceritakan kepada Mama bagaimana si A (sahabat anak) selama hidup?”. saat anak bercerita, jadilah pendengar yang aktif. Tangkap perasaan dan lebih banyak merefleksikan perasaan anak. ”Oh, jadi dia yang membantu kamu belajar ya,” atau ”Senang betul ya kamu saat dia berani membela kamu....” dst. Biarkan anak bercerita walaupun lama, dan tidak runut.

Temukan hal-hal penting dari diri sahabat, hal-hal yang belum sempat diselesaikan bersama sahabat, kemungkinan perasaan kehilangan pada anak disebabkan rasa bersalahnya, misalnya ”Aku waktu itu tidak sempat mengatakan terimakasih....”, kekhawatiran-kekhawatiran yeng muncul pada anak kita dan harapan-harapan dalam dirinya. Ajak anak untuk berimajinasi. Tanyakan kepada anak jika waktu itu ada kesempatan (bertemu dengan sahabat) apa yang ingin kamu lakukan? Biarkan anak menemukan jawabannya dan mengungkapkan perasaannya. Tanyakan kepada anak apa yang dapat membuatnya lebih lega dalam melepas kepergian sahabat. Ambil kesempatan untuk menjelaskan mengenai konsep kepemilikan manusia dan Tuhan dengan bahasa yang sesuai dengan usia kanak-kanaknya, dapat disertai dengan contoh yang konkrit dan sederhana dengan kejadian-kejadian yang pernah ada. Misalnya anak pernah kehilangan uang (sebagai manusia, anak sudah berupaya menjaga uang tapi jika Allah mengijinkan hanya memiliki uang tersebut sebenarnya, maka segala sesuatu dapat terjadi. Intinya manusia tugasnya sebaik-baiknya memaafkan waktu yang ada).

Tunjukkan sikap bahwa kita sebagai orangtua mau belajar menjadi seseorang yang penting atau sahabat bagi anak kita. Hendaknya orangtua menghindari diri untuk lebih menasehati, sibuk menuntutnya kembali berperilaku seperti sediakala. Hindari untuk sibuk dengan perilaku yang ditampilkan, tapi fahami mengapa perilaku tersebut tampil pada diri anak. Ingat karena anak sendiri juga tidak paham mengapa ia menampilkan perilaku seperti itu. Oleh karenanya, anak membutuhkan orangtua untuk lebih memahami perasaan, kondisinya saat tersebut. Pantau terus kondisi anak, jika selama dua minggu masih menunjukkan salah satu perilaku seperti tidak nafsu makan, sulit tidur/tidur terus, tidak berenergi/bersemangat, tidak menunjukkan minat untuk menjalani kegiatan sehari-hari, kurang konsentrasi dalam belajar, perasaan sedih yang terus-menerus, perasaannya mudah berubah seperti marah-marah dan menangis, maka orangtua perlu membawanya ke profesional yaitu psikolog anak dan psikiater anak untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar