Rabu, 02 Juni 2010

Penyalahgunaan komputer untuk tindakan-tindakan kriminal

Penyalahgunaan komputer untuk tindakan-tindakan kriminal

Penyalahgunaan komputer untuk tindakan-tindakan kriminal yang telah banyak terjadi mendorong banyak perusahaan untuk menerapkan kode etik di perusahaannya. Sayangnya, efektivitas kode-kode ini masih menjadi tanda tanya. Pertanyaan yang coba dibahas dalam artikel ini adalah “Apakah kode etik dapat berfungsi mengurangi tindakan tidak etis dari para praktisi IT?” dan “Apakah efek dari kode etik tersebut dipengaruhi oleh karakteristik psikologis dari setiap praktisi IT?”

Besarnya perhatian organisasi dan studi akan kode etik menunjukkan kepercayaan mereka akan manfaat kode etik dalam mengurangi tindakan yang tidak etis dalam lingkungan perusahaan. Adanya kode etik akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan seorang pegawai, termasuk mengenai penilaiannya akan suatu masalah dan kerelaan untuk berlaku sesuai etika. Secara tidak langsung, kode etik dapat berfungsi sebagaimana layaknya hukum, karena mendefinisikan tindakan-tindakan yang terlarang sehingga membangkitkan kesadaran kepada lingkungannya akan hal tersebut, beserta (pada umumnya) sanksi yang menyertainya.

Masalah selanjutnya adalah banyak hal, khususnya berkaitan dengan penggunaan sistem informasi, yang belum tersentuh oleh kode etik umum perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan akan kode etik yang spesifik mengatur masalah sistem informasi.

Hipotesa-hipotesa yang akan diuji dalam artikel ini adalah sebagai berikut:

H1a: Keberadaan kode etik umum perusahaan tidak berpengaruh terhadap penilaian seorang personil IT akan penyalahgunaan komputer.

H1b: Keberadaan kode etik umum perusahaan tidak berpengaruh terhadap penilaian seorang personil IT akan penyalahgunaan komputer.

H2a: Keberadaan kode etik khusus IT tidak berpengaruh terhadap penilaian seorang personil IT akan penyalahgunaan komputer.

H2b: Keberadaan kode etik khusus IT tidak berpengaruh terhadap penilaian seorang personil IT akan penyalahgunaan komputer.

H3a: Personil IT dengan ‘denial of responsibility’ (RD) rendah cenderung memandang kejahatan komputer sebagai sesuatu yang salah daripada mereka dengan RD tinggi.

H3b: Personil IT dengan RD tinggi akan cenderung setuju untuk melakukan kejahatan komputer.

H4a: Kode etik akan meningkatkan ethicality penilaian penyalahgunaan komputer lebih baik pada orang dengan RD tinggi dibandingkan mereka dengan RD rendah.

H4b: Kode etik akan meningkatkan ethicality niatan penyalahgunaan komputer lebih baik pada orang dengan RD tinggi dibandingkan mereka dengan RD rendah.

Sesuai ilmu perilaku organisasi dan kriminologi, penilaian dan niat etis tergantung pada setiap masalah. Makalah ini mengidentifikasi 5 masalah yang berkaitan dengan penyalahgunaan komputer yaitu; cracking dan pemalsuan identifikasi, pengkopian software secara ilegal, sabotase sistem keamanan saingan, menulis dan menyebar virus, dan penipuan bank.

Sampling dilakukan di bagian timur laut dari Ohio, mencakupi 9 perusahaan. Dari 2077 pegawai IS, dipilih 219 melalui random sampling. Diantaranya adalah 80 analis programer, 78 analis, 17 spesialis teknis, 15 manager atau supervisor, 12 project manager, 7 programer, 6 administrator keamanan, 3 yang tidak terlapor, dan 1 spesialis pusat informasi.

Pengukuran dilakukan dengan 3 cara. Pertama dengan skala RD (Responsibility Denial), yang mengukur seberapa besar pegawai tidak mengakui tanggung jawabnya. Yang kedua dengan keberadaan kode etik. Terakhir adalah dengan penilaian dan niat etis. Yang terakhir ini dibagi lagi menjadi 4 yaitu; virus dan penipuan (terdiri dari yang merusak dan tidak begitu merusak), sabotase, pengkopian software secara ilegal, dan cracking.

Hasil penelitian : 1) mendukung hipotesis null pertama, 2) dukungan yang beragam untuk hipotesis dua, 3) sangat mendukung hipotesis 3, 4) mendukung hipotesis 4 hanya untuk beberapa tujuan dan penilaian penyalahgunaan komputer bagi mereka dengan rasa tanggung-jawab yang tinggi tetapi tidak untuk kode IS.

Kode etik merupakan salah satu kontrol yang murah terhadap tindakan penyalahgunaan komputer walapun pengaruh yang diberikan kecil. Tetapi kode etik sangat berpengaruh bagi individu yang memiliki rasa tanggung-jawab yang tinggi. Agar kode etik dapat berlaku dengan efektif maka perlu dukungan dari top management karena efek dari saksi legal tidak sebesar efek dari sumber kontrol yang lain. Taktik lain yang dapat digunakan adalah dengan mendukung sanksi informal bagi orang-orang dekat si pelanggar. Walaupun demikian, moral dan komitment menjadi kontrol sosial yang lebih kuat apabila dibandingkan dengan sanksi formal dan informal. Untuk mengatasi penyalahgunaan komputer, manager harus menggunakan pendekatan yang multifacet tidak hanya bergantung pada kode etik Selain itu management harus mencari tahu seberapa jelas guideline, sanksi harus dikomunikasikan kepada personel IS lewat kode etik atau mekanisme lain.

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah : menjelaskan alasan efek dari kode etik bersifat sporadis, melakukan perbandingan dari isi kode etik dengan permasalahan IS dan pengaruh kode IS pada sabotase.

Kata kunci : kejahatan komputer, tanggung-jawab, kode etik, pencegahan perilaku kriminal, tindak kejahatan dan penyalahgunaan

Daftar pustaka :

 

1. Berenbeim, R.E. Corporate Ethics Practices, The Conference Board, New York, 1992, pp. 7-10.

 

 

2. Stevens, B. An Analysis of Corporate Ethical Code Studies: ’Where Do We Go From Here?’" Journal of Business Ethics (13:1), January 1994, pp. 63-69.

 

3. Manley, W.J. Executive’s Handbook of Model Business Conduct Codes, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ, 1991, pp. 3-10.

 

4. Forcht, K.A. Computer Security Management, Boyd & Fraser Publishing Company, Danvers, MA, 1994.

 

5. Ford, R.D. and Richardson, W.D. Ethical Decision Making: A Review of the Empirical Literature," Journal of Business Ethics (13:3), March 1994, pp. 205-221.

 

Komentar :

Artikel cukup menarik yang memperlihatkan mengapa kejahatan komputer tetap terjadi walaupun sudah ada kode etik perusahaan. Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memandang penyalahgunaan komputer untuk hal-hal yang tidak etis. Penuangan isi makalah dilakukan dengan baik dan tidak terlalu membosankan, terlepas dari bagian yang menjelaskan metode penelitiannya yang begitu detil sehingga sedikit sulit dimengerti.

Analisis Kelemahan dan Kekuatan :

Kekuatan :

 

a. Paper tidak membahas sesuatu yang bersifat teknis.

 

b. Sedikit istilah asing.

 

Kelemahan :

 

a. Cara melakukan penelitian begitu detail sehingga membingungkan.

 

Peryataan Penutup :

Kode etik merupakan salah satu kontrol bagi penyalahgunaan komputer, tetapi bergantung sepenuhnya hanya dari kode etik bukan merupakan tindakan yang bijaksana karena kode etik ternyata hanya berpengaruh bagi mereka dengan rasa tanggung-jawab yang tinggi. Agar dapat menerapkan dengan efektif, dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan karena sanksi informal lebih kuat dari sanksi legal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar