Rabu, 02 Juni 2010

Penanganan Skizofrenia

Penanganan Skizofrenia


Gangguan jiwa dapat terjadi kapan saja, terhadap siapa saja, dari yang paling ringan sampai yang sangat parah. Tak seorang pun dapat mengatakan dirinya tak pernah mengalami gangguan kejiwaan. Kalau banyak pekerjaan lalu enggak bisa tidur atau deg-degan kalau suami pulang terlambat, itu sudah merupakan gangguan kejiwaan ringan.

Gangguan kejiwaan merupakan masalah besar dan sangat kompleks penyebabnya. Gangguan jiwa seperti skizofrenia hanya bagian kecil dari gangguan jiwa, hanya satu per mil. Sementara gangguan jiwa seperti depresi sampai 15 persen. Gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, bersifat kronis, jangka panjang, sebagian besar diderita seumur hidup dan kambuhan.

Seperti diabetes. Sekali orang divonis kena diabetes, seumur hidup ia harus hidup dengan penyakit itu, harus terus menjaga supaya kadar gula dalam darah tidak naik. Skizofrenia juga demikian. Bedanya, diabetes biasanya diderita oleh yang berusia di atas 50 tahun, sedangkan skizofrenia bisa diderita bahkan pada akil balik, oleh berbagai sebab.

Sayangnya, psikiater berada di urutan ke-10 dalam upaya penyembuhan. Di urutan awal termasuk dukun. Biasanya baru dibawa ke dokter setelah satu-dua tahun dibawa berobat ke mana-mana, jadi sudah parah.

Mendidik masyarakat

Penanganan dini skizofrenia sangat menentukan keberhasilan. Kalau ditangani sejak dini, bisa sampai 10 tahun tak kambuh meski memang harus rajin minum obat. Keluarga harus sadar, penderita skizofrenia harus terus minum obat.

Memang tak bisa dimungkiri, ada gangguan jiwa yang cenderung memburuk, seperti hebefrenik, jenis tertentu dari skizofrenia.

Masyarakat seharusnya dididik agar mengetahui gejala gangguan jiwa. Gejala paling sederhana adalah yang bersangkutan tak mau bersosialisasi, tak berproduksi. Kalau anak umur 17 tahun tiba-tiba maunya mengurung diri di kamar terus atau di depan TV terus, ini tanda-tanda yang tak boleh diabaikan.

Pendekatan terhadap penderita skizofrenia tak hanya pengobatan, tetapi juga edukasi menyeluruh; tak hanya pada pasien, tetapi seluruh anggota keluarga dan lingkungan. Akhir dari pengobatan adalah membangun kesadaran bahwa ia sakit dan butuh pengobatan. Itulah penerimaan diri, menerima cacat kita, seperti dalam film Beautiful Mind.

__________________
Dear semuanya... sudah lama saya mencari komunitas untuk diskusi terutama tentang Kekristenan dan masalah-masalah global dan kontekstual yang terjadi akhir-akhir ini dan akhirnya saya bisa ikut nimbrung di Room ini..... semoga diskusi kita ini tidak hanya diskusi yang hambar tetapi menjadi sebuah diskusi yang membangun kita bersama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar