Rabu, 02 Juni 2010

Masalah Dalam Konseling

Shalom, saya Icha (22). Kami sudah menikah tapi tinggal terpisah. Suami bekerja di kapal, saya masih tinggal dengan orang tua. Semenjak bekerja di kapal, sikap suami berubah. Cuek, dingin, dan suka bohong. Mengaku sedang di kapal, ternyata sedang turun. Jika ditelpon, sering menghindar. Saya jadi tidak percaya pada suami. Saya juga jadi curiga melulu. Kami jadi sering bertengkar dan saling memaki. Rasanya, saya kok saya seperti tidak punya suami ya? Pernikahan ini seperti sekadar formalitas belaka. Saya jadi ingin pisah saja. Gimana solusinya? (Icha)

 

Icha, kamu masih sangat muda dan mungkin suami pun demikian. Firman Tuhan mengingatkan: “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik” (1 Kor 15:33) juga agar “suami isteri jangan saling menjauh… supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak” (1 Kor 7:5). Perubahan sikap suami, mungkin dipengaruhi lingkungan kerjanya. Anda pun mulai kehilangan rasa percaya padanya. Padahal, salah satu itu faktor penting dalam hubungan suami-isteri adalah saling mempercayai. Marah-marah dan saling mencaci maki tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, justru akan memperkeruh keadaan. Sekarang, tanyakan pada dirimu, apakah aku mau mempertahankan hidup rumah tanggaku atau membiarkannya hancur? “Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri”.

 

Saya berharap, kamu mau menjadi perempuan yang bijak. Tenangkanlah dirimu, ambil waktu untuk mencari Tuhan lebih sungguh. Bawa semua persoalan keluargamu di hadapan Tuhan. Koreksi dirimu lebih dulu, apakah sudah menjadi isteri yang baik bagi suamimu, menundukkan diri, melayani dengan baik, serta membangun semangatnya dengan kata-kata positif? Mintalah hikmat Tuhan agar diberi waktu dan kata-kata yang tepat supaya bisa berbicara dengan suami. Bersikaplah baik dan ingatkan kembali kepada suamimu betapa dulu kalian saling mengasihi dan melayani. Ampunilah suamimu dan berilah dia kesempatan. Upayakan suami dapat memiliki pekerjaan lain dengan lingkungan yang lebih baik. Jika suamimu tidak dapat diajak bicara, libatkanlah orang ketiga yang disegani dan dihormati suami. Ia bisa menjadi ‘jembatan’ yang dapat membawa perdamaian dan pemulihan bagi kehidupan rumah tanggamu. Buanglah pikiran bercerai dari dalam hidupmu, “Allah membenci perceraian..” (Mal 2:16a). Pertahankanlah dan mintalah Tuhan Yesus mengubah ketawaran menjadi anggur yang manis dalam hidup pernikahanmu. Doa kami menyertai. Tuhan memberkati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar