Rabu, 02 Juni 2010

Pentingnya komunikasi antara Suami-Istri dalam perkawinan

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang Masalah

 

               Setiap  hari orang berkomunikasi, di rumah, di kampus, di pasar, dan dimanapun tempatnya baik secara langsung maupun tidak langsung orang pasti berkomunikasi untuk menyampaikan pesan atau maksud kepada orang lain. Karena dengan komunikasi orang dapat mengungkapkan banyak hal yang ingin disampaikan kepada orang lain. Untuk dapat menyampaikan pesan atau maksud kepada orang lain, orang harus mempunyai kemampuan dasar berkomuniksi sehingga dapat berlangsung dengan sempurna sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dan pesanpun dapat diterima dengna baik. Disamping itu komunikasi juga dapat mempererat hubungan dengan orang lain atau sebaliknya. Komunikasi sangat penting dalam hubungan keluarga, sebab tanpa komunikasi hubungan – hubungan yang akrab tidak dapat terjalin. Pada saat ini, fenomena komunikasi memiliki relevan yang teramat kuat bagi berlangsung dan lestarinya sistem kehidupan rumah tangga seseorang (Kuantaraf, L. & Kuantaraf, J. !999).

               Secara umum perkawinan merupakan bersatunya seorang laki – laki dengan seorang perempuan untuk menjalin sebuah hubungan, dimana nantinya mereka akan mempunyai anak dan menjadi sebuah keluarga. Untuk dapat menjalin sebuah keluarga, masing – masing dari individu yang berbeda harus dapat menyatukan pendapat yang berbeda pula, sehingga diperlukan adanya saling pengertian, penyesuian dan komunikasi yang mendalam. Seseorang memutuskan untuk melakukan perkawinan pastilah mempunyai suatu tujuan, dan tujuan yang sama haruslah benar – benar diresapi oleh pasangan tersebut dapat dicapai bersama – sama, bukan hanya ole suami atau istri saja. Karena tujuan yang tidak sama antar suami dan istri akan menjadi sumber permasalahan dalam keluarga  tersebut. Dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling Perkawinan” Drs. Bimo Walgito (1984)., mengatakan bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk kelurga (rumah tangga) yang perkawinan sebagai suatu bentuk hubungan interpersonal dihadapkan pada suatu jaringan komunikasi yang berlangsung secara berkelanjutan dan terus menerus. Hal ini tentu saja membutuhkan suatu kualitas komunikasi yang tinggi sehingga suami – istri bisa mengekspresikan diri dan brbagai kekayaan kepribadianyang diungkapkan dengan komunikasi berbagai taraf baik yang bersifat permukaan maupun seampai taraf kedalaman hati dan perasaan.banyak pasangan suami – istri yang mesa mengalami kesulitan untuk menjalin komunikasi yang berkualitas dan sebagai konsekuensi dari belum berhasil mewujudkan komunikasi yang berkualitas ini akan berpengaruh terhadap hubungan suami – istri. Ada banyak masalah dalam runah tangga yangga yang terjadi karena ketiadaan atau kurangnya komunikasi yang berkualitas antar suami – istri. Pada umumnya kegagalan dalam menciptakan komunikasi yang bekualitas disebabkan karena kesibukan dari masing – masing pihak sehingga kesempatan suami – istri untuk berkoimunikasi tatap muka semakin berkurang.

 

 

 

 

 

 

               Ada banyak akibat yang dapat ditimbulkan karena kegagalan suami – istri dalam berkomunikasi, salah satunya discommunication  antar suami – istri, mengakibatkan  suami – istri merasa tidak betah untuk tinggal d rumah sehingga dari masing – masing mencari pasangan di luar rumah. Ada bermacam – macam faktor yang dapat mempengaruhi perselingkuhan dalam keluarga, yaitu kurangnya komunikasi, adanya ketidak – jujuran, tidak terus terus terang, suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri, curang, dan adanya saling tidak percaya satu sama lain. Peselingkuhan dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang kuat yang dapat menghancurkan kebahagiaan keluarga.     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A      Perselingkuhan

 

1.      Pengertian perselingkuhan

               Menurut Henry A. Virkler (1988), dalam suatu affair – istilah lain dari selingkuh yang berarti hubungan gelap – seseorang yang sudah menikah mulai membiarkan seseorang lain yang bukan pasangan suami/ istrinya untuk bertemu secara emosional dan akhirnya secara seksual yang seharusnya hanya terjadi dengan  pasangan suami/ istrinya. Suatu hubungan gelap tidak sama dengan perzinahan, bagi orang yang dapat melakukan perzinahan tanpa membangun hubungan emosional (misalnya, pertemuan antara seksual dengan pekerja seks), dan tingkat – tingkat awal dari hubungan gelap tidak dapat dikatakan sebagai perzinahan.

Sedangkan menurut peggy (1995) affair diartikan sebagai adanya hubungan  seksual dari salah satu pasangan suami – istri dengan orang ketiga. Adanya orang ketiga sebagai pengganti pasangan yang sah menurut ikatan perkawinan.  Disini orang ketiga tersebut dianggap sebagai pengganti pasangan dalam hubungan seksual yang seharusnya hanya terjadi dengan pasangan sahnya saja.  Pendapat diatas perselingkuhan adalah suatu hubungan yang dilakukan dengan pasangan pengganti suami – istri dalam hubungan seksual yang seharusnya terjdi pada pasangan sahnya saja.

 

 

 

2        Faktor Perselungkuhan

               Menurut Sherelyn Lohmen (dalam Sandita, 1993) ada beberapa faktor dan latar belakang munculnya perselinghukan, yaitu:

1)      Pasangan/ suami yang tidak bisa memenuhi kebutuhan secara materi maupun biologis.

2)      Pasangan yang nganggur/ tidak memiliki pekerjaan.

3)      Adanya ketidak nyamanan dengan pasangan/ suami – istrinya.

                  Tidak ada satu alasan tunggal mengapa seseorang memiliki affair?. Biasanya ada beberapa alasan, termasuk beberapa kekuatan yang mendorong mereka dalam affair, digabungkan dengan pengaruh – pengaruh faktor umum dalam masyarakat yang mendukung terjadinya affair. Orang yang cenderung berpendapat bahwa hanya orang jahat yang memiliki affair atau orang – orang  yang mempunyai hubungan/ relasi yang buruk.

 

B .  Kualitas Komunikasi Suami – Istri dalam Perkawinan

1.       pengertian Komunikasi

                 Komunikasi berasal dari kata latin Communicare yang mempunyai 3 arti, yaitu bergaul dengan seseorang, memberikan sesuatu pada orang lain dan berhubungan dengan orang lain (Hendropuspito, 1989). Sedangkan menurut Effendi (1984), komunikasi berasal dari bahasa latin Communication yang berarti “sama”. “Sama”  pada ungkapan ini diartikan sebagai sama makna. Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Hovlon (dalam Effendi, 1979) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Selanjutnya O’Really dan Pondy (dalam Muchinsky, 1987) menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses atau peristiwa yang olehnya orang saling mengirim dan menerima informasi dan juga penarikan kesimpulan antara dua orang yang terlibat dalam komunikasi.

                 Komunikasi antar suami – istri menurut tingkatannya merupakan komunikasi interpersonal. Menurut pendapat Keltner (dalam Sastropoetro, 1988) suatu komunikasi interpersonal mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : pembicaraan antara kedua belah pihak berlangsung akrab, berusaha saling memahami, terjadi tanya – jawab, sehingga terjadi saling pengertian disertai segala macam lambang yang dilengkapi ikatan demi terdapatnya pengertian yang serasi diantara kedua belah pihak. Kedua belah pihak  yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus mempunyai suatu aksi, satu tindakan nyata dengan memanfaatkan pengetahuan, pendapat serta kebiasaan seseorang agar pesan itu dapat diterima. Liliweri (1991) juga mengemukakan ciri – ciri komunikasi interpersonal, yang meliputi :

1)      Melibatkan perilaku verbal dan non verbal

2)      Melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived

3)      Merupakan proses yang berkembang

4)      Menghasilkan umpan balik

5)      Menunjukkan adanya suatu tindakan

6)      Merupakan persuasi antar manusia

7)      Pengertian Kualitas komunikasi

 

 

 

 

 

 

2.      Pengertian Kualitas Komunikasi

               Montgomery (1991) menyebutkan bahwa kualitas komunikasi dalam suatu perkawinan akan menentukan bagaimana suami – istri saling berbagi konsep diri, pencapaian persetujuan tentang harapan masing – masing dan bentuk hubungan yang dikendaki. Suatu komunikasi antar suami – istri baru disebut berkualitas bila dapat melakukan dua makna. Pertama, ekspresi atau ungkapan diri. Dalam hidup bersama sebagai suami – istri keduanya saling berbagi kekayaan kepribadiannya, yang diungkapkan dengan komunikasi bebagai taraf baik yang bersifat permukaan maupun yang sampai ketaraf ke dalam hati dan perasaan.

                  Moss (dalam Rakhmat, 1986) menyebutkan bahwa berkualitas atau tidaknya suatu komunikasi yang terjadi ditandai oleh hal – hal, sebagai berikut:

1)      Menimbulkan pengertian

2)      Memberikan kesenangan

3)      Menumbuhkan hubungan sosial yang baik

4)      Mempengaruhi diri sikap orang yang diajak komunikasi.

               Kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi inerpersonal harus mempunyai suatu aksi, suatu tindakan nyata dengan memanfaatkan pengetahuan, pendapat serta kebiasaan seseorang agar pesan itu dapat diterima. Liliweri (1991) juga mengemukakan ciri – ciri komunikasi interpersonal, yang meliputi :

1.      Melibatkan perilaku verbal dan non verbal. Tanda – tanda verbal mewakili penyebutan kata – kata, pengungkapan melalui lisan dan tulisan. Tanda – tanda non verbal terlihat dalam ekspresi wajah dan gerak tubuh. Dalam memanfaatkan tanda – tanda  informasi verbal dan non verbal  verbal  harus tetap diperhatikan isi dan hubungannya dengan suatu pesan sehingga kebersamaan makna tetap terjaga.

2.      Melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan contrived. Perilaku spontan dalam komunikasi interpersonal dilkakukan secara tiba – tiba untuk menjawab rangsangan dari luar tanpa terpikirkan lebih dulu. Perilaku scripted merupakan reaksi terhadap pesan yang diterima dan karena adanya proses belajar, akhirnya perilaku ini mempunyai pendapat atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar – benar rasioanal sesuai dengan pikiran, pendapat dan kepercayaan serta keyakinan.

3.      Merupakan proses berkembang. Komunikasi interpersonal tidaklah statis tetapi dinamis.

4.      Menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi. Apabila seseoarng berbicara dengan orang lain maka yang diharapakan dalah jawabannya sehingga dapat diketahui pikiran, perasaan, dan kemudian melaksanakan yang dimaksud. Umpan balik mengacu pada respon verbal maupun non verbal dari seseorang komunikan maupun kominikator secara bergantian.

 

C.    Hubungan Kualitas Komunikasi Suami Istri Terhadap Perselingkuhan

                Perselingkuhan merupakan salah satu fenomena dalam perkawinan. Burgess (dalam Argyle & Furnham, 1983) menyatakan bahwa perselingkuhan dan perselisihan merupahan hal yang sering terjadi akhir – akhir ini di dalam suatu perkawinan. Hal ini terjadi karena tidaklah mungkin menghindari berbagai perbenturan di dalam kehidupan keseharian dan lebih – lebih pasangan suami – istri merupakan dua pribadi denagn keunikan masing – masing. Oleh karena itu, setiap pasangan dituntut mampu mengembangkan metode untuk mengatasi hal ini. Bagaimana pasangan menangani dan mengatasi perbedaan – perbedaan tang ada merupakan hal yang penting pada komunikasi dalam perkawinan. Perkawinan sebagai suatu relasi interpersonal dengan komunikasi interpersonal (dalam tingkat kualitas tertentu) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Ini sesuai dengan yang dikatakan Montgomery (dalam Lasswell dan Lasswell, 1987) bahwa kualitas komunikasi merupakan sumber dari kualitas perkawinan dan sebaliknya kualitas perkawinan juga berpengaruh penting terhadap kualitas komunikasi itu sendiri.

               Penelitian dari Synder (dalam Drapper, 1990) menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah interpersonal dan mengkomunikasikan kepada pasangan merupakan prediktor terbaik  untuk menghindarkan pasangan (suami – istri) dari perselingkuhan. Penelitian dari Fitzpatrick dan Badzinki (dalam Drapper, 1990) menemukan bahwa pasangan yang bahagia mengaku bahwa mereka memiliki sesuatu komunikasi yang cukup baik mencakup keterbukaan diri tentang pikiran dan perasaan kepada pasangan, penerimaan komunikasi non verbal yang tepat dan tingginya frekuensi pertukaran informasi yang berhasil. Selanjutnya Snyder (dalam Drapper, 1990) menyatakan bahwa kasih sayang antar pasangan merupakan prediktor utama untuk menghindarkan pasangan dari perselingkuhan.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D. HIPOTESIS

               Berdaarkan teori-teori, hasil penelitian serta analisis dari keduanya yang telah dikemukakan di atas, maka diajukan hipotesis ”ada pengaruh negatif dari kualitas komunikasi Suami-Istri terhadap perselingkuhan dalam perkawinan”, yang artinya semakin tinggi tingkat kualitas komunikasi Suami-Isatri semakin rendah tingkat perselingkuhan yang terjadi.

1 komentar: